Shalat Berjamaah (Pengertian, Keutamaan Shalat Berjamaah, Hikmah, Syarat Sah Imam Makmum, Tata Cara dan Niat Bacaan Sholat Berjamaah)

1. Pengertian Shalat Berjamaah dan Dasar Hukum Shalat Berjamaah
    Berjamaah berasal dari bahasa Arab, yaitu jamaah, yang artinya berkumpul  atau  banyak.  shalat  berjamaah  adalah  shalat  yang  dilakukan  bersama-sama  sekurang-kurangnya dilakukan oleh dua orang dengan tertib dan teratur, sesuai  dengan Al-Qur’an dan Hadis, yang satu bertindak sebagai imam yang satu lagi  bertindak sebagai makmum.
Hukum sholat berjamaah adalah sunah muakad, yaitu pekerjaan yang lebih  utama dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw. Ada juga yang mengatakan bahwa  hukum shalat berjamaah adalah fardu kifayah atau wajib kifayah. Artinya, jika  di masyarakat sudah ada yang melaksanakan shalat berjamaah, yang lain tidak  terkena dosanya. Akan tetapi, apabila di masyarakat Islam tidak ada yang shalat  berjamaah, masyarakat itu akan terkena dosa.
Dasar hukum shalat berjamaah adalah:
Dasar hukum shalat berjamaah
Artinya :
Dari Abdullah ibnu Umar  r.a. Rasulullah saw. bersabda: "shalat berjamaah  lebih utama dari shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
(Baca juga: Pengertian Shalat, Syarat Wajib dan Syah Shalat, Rukun Shalat, Sunnah Shalat)

2. Keutamaan Shalat Berjamaah daripada Shalat Munfarid (Sendiri)
    Keutamaan shalat berjamaah daripada shalat  munfarid dapat disimak pada Hadis Nabi Muhammad saw. yang artinya:
    Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. bersabda, "shalat berjamaah seorang  laki-laki lebih baik baginya daripada  shalat sendirian di rumahnya, dan  keutamaannya sebanyak 20 derajat lebih, Sesungguhnya, seseorang yang  berwudu dengan bagus,lalu pergi ke masjid dengan maksud hanya untuk  mengerjakan shalat. Allah akan mengangkat dalam setiap kali langkahnya  itu  satu  derajat,  dan  digugurkan  pula  satu  kesalahannya  sampai  dia  memasuki masjid. Setelah masuk masjid, dia tercatat dalam shalat selagi  dia tetap menunggunya, dan semua malaikat mendoakannya selama dia  tetap  di tempat  shalatnya. Malaikat  itu berdoa, Wahai Allah, sayangilah  dia, ampunilah dia terimalah tobatnya selagi dia tidak menganggu dan tidak berhadas” (H.R. Bukhari dan Muslim)
shalat berjamaah tidak hanya berlaku pada shalat fardu saja, tetapi juga pada  shalat sunah, seperti shalat sunah hari raya.
Hikmah yang dapat diperoleh dari shalat berjamaah ini, antara lain:
a) mendidik umat Islam untuk berdisplin;
b) mendidik umat Islam untuk kompak, searah, sejalan, dan setujuan;
c) mendidik umat Islam untuk taat kepada pimpinan;
d) memupuk tanggung jawab terhadap umat Islam secara keseluruhan;
e) mendidik  umat  Islam  untuk  saling  memaafkan  dan  saling  mendoakan.
Ketika selesai shalat, kita bersalaman memaafkan dan saling mendoakan.

3. Syarat Sah Imam dan Makmum Shalat Berjamaah
a. Syarat Sah Menjadi Imam
     Syarat sah menjadi imam, antara lain:
1)  mengetahui tata cara mengerjakan shalat dan dapat melakukannya
2)  membaca Al-Qur’an atau Surah Al-Fatihah dan ayat lain dengar benar
3)  mengetahui hukum yang berkenaan dengan shalat
4)  imam harus mumayyiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
5)  tidak menjadikan makmum ke jamaah yang lain
Sebagaimana Hadis Muhammad saw. yang berbunyi:
Syarat Sah Imam dan Makmum Shalat Berjamaah
Artinya :
Dari Abu Mas’ud al-Ansari r.a.: Rasulullah saw bersada: "Orang yang  paling berhak menjadi imam sholat dalam suatu kaum adalah orang yang  paling  hafal  Al-Qur’an.  Jika  mereka  sama  dalam  hal  itu  yang  paling  mengetahui tentang sunah, kalau mereka sama dalam hal itu, yang paling dahulu hijrah, kalau mereka sama dalam hal itu, yang lebih dahulu masuk Islam. Dan janganlah seseorang menjadi imam dalam kekuasaan orang lain, dan jangan pula duduk  di  atas tempat duduk tuan rumah,  kecuali dengan izinnya. (H.R. Muslim)
Dari Hadis di atas, kita dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1) Imam adalah orang yang memimpin shalat atau yang berdiri paling depan.
2) Imam dipilih oleh makmum dengan persyaratan:
    a) orang yang paling fasih (jelas) membaca Al-Qur’an;
    b) orang yang paling hapal dan paham terhadap sunah-sunah Rasul;
    c) jika mereka kemampuannya sama, pilihlah yang paling tua usianya.

Seorang imam dalam shalat berjamaah harus memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Menertibkan saf (barisan) makmum sebelum shalat di mulai.
    Sabda  Rasulullah  saw.  yang  artinya  :“Luruskan  barisan  kalian  karena lurusnya  barisan  termasuk  sempurnanya  shalat.”  (H.R.  Bukhari  dan Muslim)
2) Memerhatikan  kondisi  makmum  karena  keadaan  mereka  bermacam-macam.
    Hal  ini  dijelaskan oleh Rasulullah saw. yang  artinya:“ Apabila salah seorang dari kamu shalat menjadi imam bagi orang banyak, hendaklah ia ringankan. Sebab,  di antara mereka ada yang lemah,  sakit, dan  tua. Akan  tetapi,  apabila  shalat  sendirian,  boleh  dipanjangkan    sekehendak kamu”.( H.R.  Muslim )
3) Setelah selesai melaksanakan shalat berjamaah, imam dianjurkan menghadap ke arah makmum, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Adalah  Rasulullah  saw.,  apabila  selesai  shalat,  ia  menghadapkan wajahnya ke arah kami” ( HR.  Bukhari)
b. Syarat Sah Menjadi Makmum 
    Makmum adalah yang dipimpin atau pengikut shalat.
Syarat menjadi makmum, antara lain:
1)  Berniat menjadi makmum (misalnya, niat pada saat shalat Zuhur)
Berniat menjadi makmum
Artinya:
“Aku  melaksanakan  sholat  fardu  Zuhur  empat  rakaat  menghadap  kiblat dalam keadaan menjadi makmum  karena Allah ta’ala.”
2)  Setiap gerakan tidak boleh terlewatkan.
3)  Makmum tidak boleh mendahului gerakan imam. Jika makmum tiga kali berturut-turut mendahului imam, batallah shalatnya makmum.
Perhatikan hadis berikut ini:
Makmum tidak boleh mendahului gerakan imam
Artinya :
Dari Anas bin Malik r.a. Nabi Muhammad saw. bersabda: "Sesungguhnya, imam itu adalah untuk diikuti oleh makmumnya. Oleh karena iu, apabila imam bertakbir, bertakbir pulalah kamu, apabila imam bangkit, bangkitlah kamu,  apabila  imam  mengucapkan,  sami‘allahu  liman  hamidah, ucapkanlah,  rabbana  walakal  hamd.” Dan  apabila imam  mengerjakan shalat  sambil  duduk,  shalatlah  kamu  semuanya  sambil  duduk.”  (H.R. Muslim)
4)  Makmum memerhatikan atau mendengarkan ayat yang dibaca imam.
Firman Allah:
Makmum memerhatikan atau mendengarkan ayat yang dibaca imam
Artinya :
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah  dengan  tenang  agar  kamu  mendapat  rahmat  (Surah  Al-A’raf  [7] : 204)
5)  Makmum harus berlapang dada mengikhlaskan dia menjadi imam.
6)  Makmum yang depan hendaklah yang hafal bacaan Al-Qur’an.  Hal ini untuk  menjaga  kemungkinan  jika  imam  lupa  dalam  bacaan,  ia  dapat segera memperbaikinya. Selain itu, apabila imam batal, dia dapat segera menggantikannya.
7)  Apabila Imam lupa   gerakan  shalat, makmum  laki-laki yang di belakang memperingatkannya  dengan  ucapan  subhanallaah.”  Apabila  makmum perempuan  mau  memperingatkan  imam,  makmum  menepuk  belakang tangan kirinya dengan telapak tangan kanan.
8)  Makmum tidak mengetahui batalnya shalat imam karena disebabkan hadas atau yang lain.
9)  Tidak boleh beranggapan bahwa shalatnya harus diulangi sebab tidak sah.
10)  Imam tidak menjadi makmum.
11)  Makmum  tidak  boleh  berimam  kepada  orang  yang  bodoh,  yaitu  orang yang tidak bisa membaca Al-Qur’an.
12)  Imam dan makmum harus berada pada satu tempat.

4. Halangan-Halangan Shalat Berjamaah
    Hal-hal yang menjadi halangan berjamaah, yaitu :
a) Karena hujan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang artinya:
    Dari Jabir, Kami telah berjalan bersama-sama Rasulullah saw. dalam  perjalanan kami kehujanan. Rasulullah saw. bersabda: "Orang yang hendak  shalat,  shalatlah  di  kendaraannya  masing-masing.”  (H.R. Muslim)
b) Karena sakit. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Ketika Rasulullah saw. sakit, beliau meninggalkan shalat berjamaah  beberapa hari. (H.R. Bukhari dan Muslim)
c) Karena  lapar  atau  haus,  sedangkan  makanan  telah  tersedia,  atau juga  ketika  hendak  buang  air  besar  atau  kecil.  Sebagaimana  Hadis Nabi Muhammad saw.: yang artinya : “Dari Aisyah, Rasulullah saw. bersabda,  Jangan  shalat  ketika  makanan  telah  tersedia  dan  jangan pula shalat ketika sangat ingin buang air. (H.R. Muslim)

5. Tata Cara Shalat Berjamaah
a. Berjamaah Campuran
     Susunan saf untuk makmum campuran adalah barisan pertama kelompok  atau jamaah pria, berikutnya anak-anak, dan di belakangnya wanita,  jangan  pada  tempat  yang  renggang  antara seorang makmum  dengan  makmum lain. Hadi£ Nabi Muhammad saw yang artinya:  “Penuhkanlah  olehmu  jarak yang kosong  di  antara  kamu,  maka sesungguhnya  setan  dapat  masuk  di antara  kamu  seperti  anak  kambing (H.R. Ahmad)
Tata Cara Shalat Berjamaah Campuran dan Dua Orang atau Lebih
b. Berjamaah Dua Orang atau Lebih
    Jika makmum  sendirian  atau  shalat berjamaah  dua  orang,  posisi  makmum harus  di  sebelah  kanan  imam,  hampir sejajar dengan  imam, atau jarak antara imam  dan  makmum,  disunahkan  tidak lebih dari 3 zira, yaitu kurang lebih 50 cm.

Susunan sesuai dengan hadis  yang artinya :
    Pada suatu saat, ketika Nabi Muhammad saw. akan shalat Magrib, saya datang lalu berdiri sebelah kirinya, beliau mencegahku dan menyuruhku berdiri di sebelah kanannya, kemudian datang temanku, lalu kami berbaris di belakangnya.Akan tetapi, jika makmum masbuq, makmum yang kanan  bergeser satu langkah ke belakang, dan makmum masbuq tepat di belakang imam merapat dengan makmum muwafiq.
Imam dengan makmum masbuq
Jika ada masbuq satu lagi, maka masbuq merapat ke sebelah kiri imam. Seterusnya, ada dua masbuq lagi maka masbuq yang satu ke sebelah kanan, masbuq yang kedua di sebelah kiri. Perhatikan gambar berikut ini!
imam dengan tiga dan lima makmum

6. Niat Bacaan Shalat Berjamaah 
    Misalnya, niat imam shalat Zuhur. Bacaannya adalah:
Artinya :
Aku  berniat  shalat  fardu Zuhur empat rakaat menghadap  kiblat menjadi imam karena Allah semata.

7. Makmum Wajib Mengikuti Perbuatan Imam
    Dalam shalat berjamaah, makmum wajib mengikuti perbuatan imam atau gerakan imam. Demikian pula bacaan yang dibaca imam, semua dibaca pula oleh makmum, seperti dia shalat sendiri, kecuali beberapa hal berikut ini:
a) Jika  imam  membaca  surah  Al-Fatihah  dinyaringkan,  makmum  wajib mendengarkannya dengan saksama, tidak boleh mengikuti. Demikian pula, jika  imam  membaca  surah-surah  lainnya  yang dinyaringkan,  makmum wajib mendengarkannya, dengan saksama  tidak boleh mengikuti bacaan.
b) Apabila imam selesai membaca surat Al-Fatihah pada kata walad dallin, makmum membaca aamiin dan jika imam membaca “sami’allaahu liman hamidah,” makmum tidak boleh mengikutinya, tetapi hendaklah makmum menyambut dengan ucapan: “rabbanaa lakalhamd……”.
c) Apabila imam membaca surah Al-Fatihah dan surah lainnya yang tidak dinyaringkan,  makmum  wajib  membaca  surah  Al-Fatihah  dan  sunah membaca surah lainnya.
d) Jika  imam  batal,  imam  harus  mengundurkan  diri  dan  digantikan  oleh makmum yang di belakangnya, dengan cara maju ke depan menggantikan kedudukan imam.
e) Apabila imam  keliru, makmum  di  belakangnya  memperingatkan imam  dengan bacaan subhanallah.” Itu jika makmumnya laki-laki, sedangkan bila makmumnya perempuan, ia menepuk belakang tangan kirinya dengan telapak tangan kanan.
f)  Untuk  makmum  masbuq,  dia  harus  menambah  kekurangan  rakaatnya, yaitu:  setelah  imam  memberi  salam,  ia  meneruskan  shalatnya.  Jika  dia sempat  mengikuti  imam  membaca  Al-Fatihah  dari  awal,  dia  mendapat rakaat itu. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw yang artinya:
    Jika ia mendapatkan imam,  sedangkan  kita  ketinggalan,  maka  ikuti  apa  yang  ia  kerjakan.
Dahului dengan berniat dan takbiratul ihram. Apabila kamu mendengar iqamat, maka berjalanlah kamu berburu-buru, yang kamu dapati keadaan imam boleh kamu kerjakan. Dan apa yang kau ketinggalan, maka kamu sempurnakan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Shalat Berjamaah (Pengertian, Keutamaan Shalat Berjamaah, Hikmah, Syarat Sah Imam Makmum, Tata Cara dan Niat Bacaan Sholat Berjamaah)"

  1. gambarnya keren...sebaiknya saf sholat Rapat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kawan telah berkunjung dan atas ajakannya untuk merapatkan saf, semoga semakin semangat dan istiqomah sholat berjamaah :)

      Hapus